Minggu, 30 Juni 2013

Tugas Softskill - Analisis Laporan Keuangan

ANALISIS LAPORAN KEUANGAN
PT. TUBAGUS JAYA MANDIRI
PERIODE 2008 – 2009









DISUSUN OLEH :
CITA LESTARI – 41210605
KATHY PRACTICIA – 49210650
SILVIANA DITA – 49210084
ROSMALIA DANIASIH - 49210680


UNIVERSITAS GUNADARMA
D3 AKUNTANSI KOMPUTER
2013


I.    PENDAHULUAN

A.    Pengertian Laporan Keuangan
Laporan keuangan merupakan suatu informasi yang menggambakan kondisi suatu perusahaan, dimana selanjutnya itu akan menjadi suatu  informasi yang  menggambarkan tentang kinerja suatu perusahaan. Laporan keuangan merupakan obyek dari analisis terhadap laporan keuangan. Oleh karena itu, memahami latar belakang penyusunan dan penyajian laporan keuangan merupakan langkah yang sangat penting sebelum menganalisis laporan keuangan itu sendiri.
Lebih lanjut munawir mengatakan, Laporan keuangan merupakan alat yang sangat penting untuk memperoleh informasi sehubungan dengan posisi keuangan dan hasil-hasil yang telah dicapai oleh perusahaan yang bersangkutan. Dengan begitu laporan keuangan diharapkan akan membantu para pengguna untuk membuat keputusan ekonomi yang bersifat finansial.
Dari pengertian-pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa laporan keuangan merupakan hasil akhir dari proses pencatatan akuntansi, laporan keuangan merupakan suatu ringkasan transaksi yang dilakukan dari perusahaan yang terjadi selama satu periode akuntansi atau satu tahun buku.

B.    Manfaat Laporan Keuangan
Laporan keuangan  disusun dengan tujuan untuk menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerjam dan perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi. Berikut ini beberapa manfaat dibuatnya laporan keuangan :

1.    Untuk menyediakan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja, dan perubahan posisi keuangan sangat diperlukan untuk dapat melakukan evaluasi atas kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas (dan setara kas), dan waktu serta kepastian dari hasil tersebut. Posisi keuangan perusahaan dipengaruhi oleh sumber daya yang dikendalikan struktur keuangan, likuiditas, dan solvabilitas serta kemampuan beradaptasi dengan perubahan lingkungan.

2.    Untuk  menyediakan informasi kinerja perusahaan terutama profitabilitas diperlukan untuk menilai perubahan potensial sumber daya ekonomi yang mungkin dikendalikan di masa depan, sehingga dapat memprediksi kapasitas perusahaan dalam menghasilkan kas (dan setara kas) serta untuk merumuskan efektivitas perusahaan dalam memanfaatkan tambahan sumber daya.

3.    Untuk menyediakan perubahan posisi keuangan perusahaan bermanfaat untuk menilai aktivitas investasi, pendanaan, dan operasi perusahaan selama periode pelaporan. Selain berguna untuk menilai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas (dan setara kas), informasi ini juga berguna untuk menilai kebutuhan perusahaan dalam memanfaatkan arus kas tersebut.

    Dari semua tujuan tersebut, yang terpenting dari analisis laporan keuangan adalah tujuannya untuk mengurangi ketergantungan para pengambil keputusan pada dugaan murni, terkaan, dan intuisi, mengurangi dan mempersempit lingkup ketidakpastian yang tidak bias dielakkan pada setiap proses pengambilan keputusan. Analisis laporan keuangan tidaklah berarti mengurangi kebutuhan akan penggunaan pertimbangan-pertimbangan, melainkan hanya memberikan dasar yang layak dan sistematis dalam menggunakan pertimbangan-pertimbangan tersebut.


C.    Jenis Laporan Keuangan
    Seperti telah disebutkan sebelumnya, bahwa laporan keuangan yang lengkap biasanya akan meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan, catatan dan laporan lain serta materi penjelsan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan, termasuk juga skedul dan informasi tambahan yang berkaitan dengan laporan keuangan.
    Dua jenis laporan keuangan (utama) yang umumnya dibuat oleh setiap perusahaan adalah neraca dan laporan laba rugi (dan biasanya dilengkapi dengan laporan perubahan modal), yang masing-masing dapat dijelaskan sebagai berikut :

1.    Neraca
Neraca adalah laporan keuangan yang memberikan informasi mengenai posisi keuangan (aktiva, kewajiban, dan ekuitas) perusahaan pada saat tertentu.

2.    Laporan Laba Rugi
Laporan laba rugi adalah laporan keuangan yang memberikan informasi mengenai kemampuan (potensi) perusahaan dalam menghasilkan laba (kinerja) selama periode tertentu.


D.    Analisa Laporan Keuangan
Secara harfiah, analisis laporan keuangan terdiri dari dua kata, yaitu analisis dan laporan keuangan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata “analisis” berarti penguraian suatu pokok atas berbagai bagiannya dan penelaahan bagian itu sendiri serta hubungan antar bagian  untuk memperoleh pengertian yang tepat dan pemahaman arti keseluruhan.
Menurut pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa Analisis  laporan keuangan merupakan suatu proses untuk membedah laporan keuangan ke dalam unsur-unsurnya, menelaah masing-masing unsur tersebut, dan menelaah hubungann diantara unsur-unsur tersebut, dengan tujuan untuk memperoleh pengertian dan pemahaman yang baik dan tepat atas laporan keuangan itu sendiri. Ini berarti para analis laporan keuangan dituntut mempunyai pengertian yang cukup tentang unsur-unsur yang membentuk laporan keuangan.
Dari definisi diatas jelas bahwa analisis laporan keuangan merupakan suatu proses yang penuh pertimbangan dalam rangka membantu mengevaluasi posisi keuagan dan hasil operasi perusahaan pada masa sekarang dan masa lalu, dengan tujuan utama untuk menentukan estimasi dan prediksi yang paling mungkin mengenai kondisi dan kinerja perusaaan pada masa mendatang.


E.    Jenis – Jenis Ratio
1.    Rasio Likuiditas
        Rasio likuiditas (liquidity ratio) adalah kemampuan suatu perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendeknya secara tepat waktu. Contoh membayar listrik, telepon, air PDAM, gaji karyawan, gaji teknisi, gaji lembur, tagihan telepon, dan sebagainya. Karena itu rasio likuiditas sering disebut dengan short term liquidity. Untuk mengukur kemampuan tersebut, biasanya menggunakan perhitungan rasio sebagai berikut :
a.    Current Ratio
Current Ratio adalah ukuran yang paling biasa digunakan untuk mengukur kesanggupan membayar kewajiban jangka pendek, yang akan menunjukan sejauh mana klaim kreditur jangka pendek ditutup oleh aktiva yang diharapkan dapat diubah menjadi uang tunai dalam jangka waktu yang secara kasar bertepatan dengan jatuh tempo klaim.

Aktiva Lancar
            Current Ratio   =
                Kewajiban Lancar


b.    Cash Ratio
Rasio ini untuk mengukur jumlah kas tersedia di banding hutang lancar.  Pengertian kas terkadang diperluas dengan setara cash (cash equivalen) meliputi surat berharga yang mudah diperjualbelikan.

Kas + Surat Berharga
           Cash Ratio    =
                           Hutang Lancar
       

c.    Quick Ratio
Rasio ini merupakan ukuran kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban-kewajibannya dengan tidak memperhitungkan persediaan, karena persediaan dianggap memerlukan waktu yang lama untuk di realisir menjadi uang kas, walaupun kenyatannya mungkin persediaan lebih likuid daripada piutang. Jika Curent ratio tinggi tapi Quick ratio rendah menunjukan adanya investasi yang sangat besar dalam persediaan.

Aktiva Lancar - Persediaan
        Quick Ratio    =
                                 Kewajiban Lancar



d.    Working Capital to Total Assets Ratio
Likuiditas dari total aktiva dan posisi modal kerja, yang merupakan selisih antara total aktiva lancer dan utang lancer. Makin besar angka modal kerja berarti makin besar tingkat proteksi kreditor jangka pendek, dan makin besar kepastian bahwa utang jangka pendek akan dilunasi tepat waktu.

Aktiva Lancar – Hutang Lancar
        Working Capital    =
                                     Jumlah Aktiva




2.    Rasio Solvabilitas/ Leverage
Rasio solvabilitas adalah rasio untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jika perusahaan tersebut dilikuidasi. Rasio ini juga disebut dengan rasio pengungkit (leverage) yaitu menilai batasan perusahaan dalam meminjam uang. Ada beberapa cara untuk menghitung rasio solvabilitas diantaranya adalah :
a.    Debt to Equity Ratio
Rasio ini merupakan rasio yang digunakan untuk menilai utang dengan ekuitas. Rasio ini dicari dengan membandingkan antara seluruh termasuk utang lancer dengan seluruh ekuitas. Rasio ini berguna untuk mengetahui jumlah dana yang disediakan pinjaman (kreditor) dengan pemilik perusahaan. Dengan kata lain rasio ini berfungsi untuk mengetahui setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan jaminan utang.

Total Hutang
            Debt to Equity Ratio    =
                                Ekuitas


b.    Debt to Asset Ratio
Rasio ini untuk mengukur perbandingan dana yang disediakan pemilik dengan pembelanjaan dari kreditur. Makin besar dana yang disediakan pemilik, makin besar batas pengaman bagi kreditur.

        Total Hutang
            Debt to Asset Ratio    =
                             Total Aktiva


c.    Long Term Debt to Equity Ratio   
Rasio ini merupakan rasio antara utang jangka panjang dengan modal sendiri. Tujuannya untuk mengukur berapa bagian dari setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan hutang jangka panjang dengan cara membandingkan antara  utang jangka panjang dengan modal sendiri yang disediakan perusahaan.                

Hutang Jangka Panjang
            LTDtER    =
                                Ekuitas


3.    Rasio Aktivitas
Rasio yang menggambarkan sejauh mana suatu perusahaan mempergunakan sumber daya yang dimilikinya guna menunjang aktivitas perusahaan.  Terdapat 2 rasio aktivitas, yaitu :

a.    Total Assets Turn Over/ Return to Asset (ROA)
Rasio ini untuk mengukur kemampuan  perusahaan dalam memanfaatkan aktivanya untuk memperoleh laba. Rasio ini mengukur tingkat kembalinya investasi yang telah dilakukan oleh perusahaan dengan menggunakan seluruh dana (aktiva) yang dimilikinya.

Penjualan Netto
        Return to Asset    =
                                 Total Aktiva


b.    Working Capital Turnover/ Return to Capital (ROC)
Secara umum nilai ROC yang rendah memberi indikasi tidak menguntungkannya penggunaan modal kerja, jika sebaliknya nilai ROC yang tinggi enunjukan telah terjadi kelebihan kapasitas. Jadi rasio ini harus bernilai seimbang.

Penjualan Netto
        Return to Capital    =
                                 Aktiva Lancar – Hutang Lancar



4.    Rasio Profitabilitas/ Keuntungan
Rasio untuk mengukur efektivitas manajemen secara keseluruhan yang ditujukan oleh besar atau kecilnya tingkat keuntungan yang diperoleh dalam hubungannya dengan penjualan ataupun investasi. Semakin baik rasio profitabilitas maka semakin baik menggambarkan kemampuan tingginya perolehan keuntungan perusahaan. Rasio profitabilitas secara umum ada 3 (tiga) yaitu :

a.    Gross Profit Margin (GPM)
Rasio gross profit margin atau margin keuntungan kotor ini berguna untuk mengetahui keuntungan kotor perusahaan dari setiap barang yang dijual. Kelemahan rasio ini adalah hanya menyediakan keuntungan kotir dari penjualan yang dilakukan tanpa memasukan struktur biaya yang ada pada perusahaan.

Penjualan Bersih - HPP
Gross Profit Margin    =
                                 Penjualan Bersih


b.    Net Profit Margin (NPM)
Rasio ini menggambarkan besarnya laba bersih yang diperoleh oleh perusahaan pada setiap penjualan yang dilakukan. Kelemahan rasio ini adalah memasukan pos atau item yang tidak berhubungan langsung dengan aktivitas pendanaan, dan biaya pajak penghasilan.

          Laba Bersih
    Net Profit Margin   =
                             Penjualan Bersih


c.    Operating Ratio
Pada rasio ini angka laba yang digunakan dalam perhitungan adalah yang berasal dari kegiatan usaha pokok perusahaan.

HPP + Biaya-biaya
    Operating Ratio    =
                           Penjualan Netto

II.    DATA
Tabel. 1 Neraca
Per 31 Desember 2008

Table.2 Laporan Laba Rugi
Per 31 Desember 2008










Penjelasan Laporan Keuangan











































Tabel. 3 Neraca
Per 31 Desember 2009

Table.4 Laporan Laba Rugi
Per 31 Desember 2009











Penjelasan Laporan Keuangan





























III.    PERHITUNGAN

I.    RASIO LIKUIDITAS
Rasio Likuiditas Adalah rasio yang berguna untuk mengetahui atau mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi seluruh kewajiban-kewajiban jangka pendeknya.

a.    Current Ratio

  Aktiva Lancar
Current Ratio    =
                   Kewajiban Lancar


•    Periode  Tahun 2008 :
                      3,993,040,009
            CR    =
                    1,113,260,913
            CR    =     3.58 %


•    Periode Tahun 2009 :
                      6,744,217,196
            CR    =
                    2,261,832,730
            CR    =     2.98 %


Dari perhitungan diatas menunjukan adanya penurunan Current Rasio pada tahun 2009 sebesar 0.6% yang disebabkan adanya Uper pendapatan 33,605,466 dan kenaikan pada  biaya yang masih harus dibayar  sebesar 1,151,888,546. 
b.    Cash Ratio

Rasio ini untuk mengukur jumlah kas tersedia di banding hutang lancar.

Kas + Surat Berharga
   Cash Ratio    =
               Hutang Lancar
       
•    Periode Tahun 2008 :
                          63,917,755
            Cash Ratio    =
                        1,263,698,720
            Cash Ratio    =     0.05 %

•    Periode Tahun 2009 :
                          256,674,239
            Cash Ratio    =
                        2,261,832,730
            Cash Ratio    =     0.1%


Dari perhitungan diatas menunjukan adanya kenaikan Cash Rasio pada tahun 2009 sebesar 0.05 karena adanya kenaikan jumlah aktiva lancar sebesar 192,757,084 dan hutang lanca sebesar 998,134,010.

c.    Quick Ratio
Rasio ini merupakan ukuran kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban-kewajibannya dengan tidak memperhitungkan persediaan, karena persediaan dianggap memerlukan waktu yang lama untuk menjadi likuid daripada piutang.

Aktiva Lancar - Persediaan
Quick Ratio    =
                         Kewajiban Lancar

•    Periode Tahun 2008 :

                      3,993,040,009 – 928,020,862
            QR    =
                        1,263,698,720
            QR    =     2.42 %


•    Periode Tahun 2009 :

                      6,744,217,196 – 950,082, 060
            QR    =
                        2,261,832,730
            QR    =     2.56 %


Dari hasil perhitungan diatas menunjukan bahwa Quick Rasio pada tahun  2009 mengalami kenaikan sebesar 0.135% karena Aktiva lancer dan hutang mengalami kenaikan.

d.    Working Capital to Total Assets Ratio
Likuiditas dari total aktiva dan posisi modal kerja.

Aktiva Lancar – Hutang Lancar
Working Capital    =
                             Jumlah Aktiva

•    Periode Tahun 2008 :

                          3,993,040,009 – 1,263,698,720
            Working Capital =
                            47,744,625,714
                        =     0.057 %

•    Periode Tahun 2009 :

                          6,744,217,196 – 2,261,832,730
            Working Capital =
                            42,650,837,748
                      =     0.105  %

Dari hasil yang tertera diatas dapat menunjukan Capital to Total Assets Rasio pada tahun 2009 mengalami kenaikan sebesar 0.048% karena pada tahun 2009 terjadi penurunan pada total aktiva  sebesar 5,093,788,966.

    Kesimpulan :
Rassio Likuiditas adalah rasio yang untuk melihat kemampuan perusahaan dalam membbayar atau memenuhi seluruh kewajiban – kewajiban perusahaan pada jangka pendek. Dari hasil keseluruhan dapat disimpulkan bahwa perusahaan dapat memenuhi seluruh kewajibannya karena hasil dari seluruh rasio yang termasuk pada Rasio Likuiditas mengalami kenaikan.

II.    RASIO LEVERAGE
Rasio untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jika perusahaan tersebut likuidasi.

a.     Debt to Equity Ratio

Total Hutang
Debt to Equity Ratio    =
                        Ekuitas

•    Periode tahun 2008 :
39,368,876,733
Debt to Equity Ratio    =
                    5,467,384,905

Debt to Equity Ratio    =     7,2 %


•    Periode tahun 2009 :
32,626,582,730
Debt to Equity Ratio    =
                    10,024,255,018

Debt to Equity Ratio    =     3.25 %


Debt to Equity Rasio mengalami penurunan pada tahun 2009 sebesar 3.95% yang disebabkan oleh berkurangnya total Hutang sebesar 6,742,294,003  namuan Equitas bertambah sebesar 4,556,870,133 pada tahun 2009. Sehingga jumlah rupiah dari ekuitas yang dijadikan Jaminan hutang berkurang. 
b.    Debt to Asset Ratio

Total Hutang
Debt to Asset Ratio    =
                     Total Aktiva

•    Periode tahun 2008 :
39,368,876,733
Debt to Asset Ratio    =
                    44,836,261,628
Debt to Asset Ratio        =     0.878%


•    Periode tahun 2009 :
34,362,596,894
Debt to Asset Ratio    =
                            42,650,837,748
Debt to Asset Ratio        = 0.76%


Dari hasil perhitungan rasio diatas menunjukan bahwa pendanaan perusahaan yang bersumber dari hutang mengalami penurunan sebesar 0,76 yang disebabkan oleh turunnya total hutang sebesar 6,742,294,003 dan naiknya total aktiva sebesar 2,185,423,880. Artinya setiap Rp 100,- pendanaan perusahaan Rp 0.87, Rp 0.76 dibiayai hutang dan sisanya disediakan oleh pemegang saham.



c.    Long Term Debt to Equity Ratio                   

Hutang Jangka Panjang
LTDtER    =
                        Ekuitas

•    Periode tahun 2008 :
38,255,615,820
LTDtER    =
            5,467,384,905

LTDtER    =     6.99%


•    Periode  tahun 2009 :
30,364,750,000
LTDtER    =
            10,024,255,018

LTDtER    =     3,029%

Dari hasil perhitungan rasio diatas dapat dilihar bahwa adanya penurunan pendanaan yang bersumber dari hutang jangka panjang sebesar 3.961 % yang sebabkan adanyan penurunan panjang jumlah hutang jangka panjang dan ekuitas pada tahun 2009.    Yang berarti dari tahun 2008 sampai 2009 perusahaan mampu menurunkanangka untuk dijadikan jaminan hutang jangka panjang.   

   

Kesimpulan :
Rasio untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jika perusahaan tersebut likuidasi. Keseluruhan hasil diatas dapat disimpulkan bahwa perusahaan dapat mengurangi atau adanya penurunan dalam pendanaan perusahaan memalui hutang jangka panjang.

III.    RASIO AKTIVITAS
Rasio yang menggambarkan sejauh mana suatu perusahaan mempergunakan sumber daya yang dimilikinya guna menunjang aktivitas perusahaan.

a.    Total Assets Turn Over/ Return to Asset (ROA)

Penjualan Netto
Return to Asset    =
                         Total Aktiva

•    Periode Tahun 2008 :
                      38,465,134,704
            ROA    =
                    44,836,261,638
            ROA    =     0.858%


•    Periode  Tahun 2009 :
                      43,219,393,454
            ROA    =
                    42,650,837,748
            ROA    =     1.013%


Dari hasil perhitungan rasio diatas dapat di simpulakan adanya kenaikan pada perusahaan dalam mendayagunakan aktivitas yang dimiliki guna mendapatkan Laba perusahaan sebesar 0.155. Kenaikan ini disebabkan adanya kenaikan pada penjualan netto sebesar 4,754,255,750. Dapat disimpulkan penggunaan total aktiva Rp 1,- menghasilkan laba bersih masing-masing Rp 0.85, dan Rp 1.01 Dari tahun ke tahun perusahaan mengalami peningkatan ROA. 
b.    Working Capital Turnover/ Return to Capital (ROC)

Penjualan Netto
Return to Capital    =
                         Aktiva Lancar – Hutang Lancar

•    Periode Tahun 2008 :
                          38,465,134,704
            ROC    =
                    3,993,040,009  -  1,113,260,915
            ROC    =     13,357%


•    Periode Tahun 2009 :
                          43,219,393,454
            ROC    =
                    6,744,217,196  -  2,261,832,730
ROC    =     9.64%


Dari hasil perhitingan di atas dapat dilihat  adanya penurunan pada rasio Return to Capital (ROC) sebesar 3.717% yang disebabkan oleh kenaikan pada Hutang dan Aktiva lancar.


Kesimpulan :
Dari perhitungan ROA & ROC Dapat disimpulkan bahwa sudah menggunakan sumber daya yang dimilikinya untuk meningkatkan laba perusahaan, yang dapat dilihat dari meningkatnya penjualan netto. Tapi belum kemampuan perusahaan belum maksimal karena ada perununan yang cukup besar pada ROC dari tahun 2008 ke tahun 2009.
   


IV.    RASIO KEUNTUNGAN
a.    Gross Profit Margin (GPM)

Penjualan Bersih - HPP
Gross Profit Margin    =
                             Penjualan Bersih

•    Periode Semester II Tahun 2008 :
                      38,465,134,704  -  30,723,117,322
            GPM    =
                        38,465,134,704
            GPM    =     0.20


•    Periode Semester II Tahun 2009 :
                      43,219,393,454  -  31,637,063,080
            GPM    =
                        43,219,393,454
            GPM    =     0.26

Dari perhitungan diatas menunjukan bahwa perusahaan menghasilkan tingkat laba kotor masing-masing sebesar 0.20, 0.26 dari penjualan jasa yang di capai, artinya setiap penjualan Rp 1,- menghasilkan laba sebesar Rp 0.20 dan Rp 0.26. Rasio ini mengalami kenaikan  sebesar 0,06 yang disebabkan karena adanya pengangkatan penjualan.


b.    Net Profit Margin (NPM)
   
 Laba Bersih
Net Profit Margin    =
                         Penjualan Bersih

•    Periode Semester II Tahun 2008 :
                      1,188,062,429
            NPM    =
                    38,465,134,704
            NPM    =     0.03


•    Periode Semester II Tahun 2009 :
                      4,531,921,085
            NPM    =
                    43,219,393,454
            NPM    =     0.10

 Rasio laba bersih mengalami kenaikan dari tahun 2008 ke tahun 2009 sebesar 0,07 disebabkan karena adanya peningkatan penjualan jasa serta penurunan beban operasional langsunh walaupun beban yang lainnya mengalami peningkatan akan tetapi kenaikan tersebut tidak terlalu signifikan dibandingkan kenaikan penjualannya.



c.    Operating Ratio

HPP + Biaya-biaya
Operating Ratio =
                   Penjualan Netto


•    Periode Semester II tahun 2008 :
7,742,017,382 + 6,621,828,533
Operating Ratio    =
                    38,465,134,704
Operating Ratio    =     0.34


•    Periode Semester II tahun 2009 :
11,582,330,374 + 7,078,860,929
Operating Ratio    =
                    43,219,393,454
Operating Ratio    =     0.43

Dapat dilihat bahwa  kegiatan pokok perusahaan bertambah dari tahun 2008 ke tahun 2009.


Kesimpulan :
Pada rasio ini GPM menunjukan pada tahun 2009 legih baik dari tahun 2008 karena perusahaan memperoleh laba kotor yang lebih besar yang diperoleh dari penjualan perusahaan tersebut. Pada NPM  juga menunjukan hal yang sama. Jika secara keseluruhan tahun 2009 perusahaan menunjukan kinerja keuangan yang semakin baik karena pada tahun tersebut  kemampuan perusahaan untuk mendapatkan keuntngan lebih besar dibanding tahun 2008.


IV.    PERHITUNGAN

Hasil rasio Likuiditas PT. Tubagus Jaya Mandiri menunjukan pada tiap tahunnya ada peningkatan, itu menandakan perusahaan mampu melunasi hutang lancar nya pada setiap tahun akan tetapi dari semua jenis rasio likuiditas tidak selalu setiap tahun mengalami kenaikan.

Untuk Rasio Solvabilitas perusahaan menunjukan kinerja keuangan yang lebih baik pada tahun 3009 dibandingkan tahun 2008, untuk debt to asset ratio pada tahun 2009 hampir 100% kekayaan perusahaan dibiayai oleh kewajban atau berasal dari pinjaman, sedangkan untuk tahun 2009 walaupun seluruh asset lebih dari 50% dibiayai oleh pinjaman akan tetapi lebih baik dari tahun 2008.

Dari perhitungan ROA & ROC Dapat disimpulkan bahwa perusahaan sudah menggunakan sumber daya yang dimilikinya untuk meningkatkan laba perusahaan, yang dapat dilihat dari meningkatnya penjualan netto. Tapi belum kemampuan perusahaan belum maksimal karena ada perununan yang cukup besar pada ROC dari tahun 2008 ke tahun 2009.

Berdasarkan perhitungan Rasio-rasio diatas tahun 2008 dan tahun 2009 perusahaan menunjukan kinerja keuangan yang semakin baik dan bagus karena perusahaan tidak hanya mampu melunasi kewajiban jangka pendek dan kewajiban jangka panjang akan tetapi mampu menghasilkan laba atau keuntungan yang lebih baik


V.    DAFTAR PUSTAKA

Fahmi Irfan.2012. Analisis Kinerja Keuangan. Alfabeta.

Dwi Prastowo.Drs.2011. Analisis Laporan Keuangan. UPP STIM YKPN.

Artikel-nonpersonal,Akuntansi,http.//blog.re.or.id/analisa-laporan-keuangan.htmElearning.gunadarma.ac.id

Tidak ada komentar:

Posting Komentar