Rabu, 26 Juni 2013

Tugas Softskill - Analisis Laporan Keuangan

ANALISIS LAPORAN KEUANGAN
PT. TUBAGUS JAYA MANDIRI
PERIODE 2008 – 2009

 
DISUSUN OLEH :
CITA LESTARI – 41210605
KATHY PRACTICIA – 49210650
SILVIANA DITA – 49210084
ROSMALIA DANIASIH - 49210680
UNIVERSITAS GUNADARMA
D3 AKUNTANSI KOMPUTER
2013
      I.            PENDAHULUAN
A.    Pengertian Laporan Keuangan
Laporan keuangan merupakan suatu informasi yang menggambakan kondisi suatu perusahaan, dimana selanjutnya itu akan menjadi suatu  informasi yang  menggambarkan tentang kinerja suatu perusahaan. Laporan keuangan merupakan obyek dari analisis terhadap laporan keuangan. Oleh karena itu, memahami latar belakang penyusunan dan penyajian laporan keuangan merupakan langkah yang sangat penting sebelum menganalisis laporan keuangan itu sendiri.
Lebih lanjut munawir mengatakan, Laporan keuangan merupakan alat yang sangat penting untuk memperoleh informasi sehubungan dengan posisi keuangan dan hasil-hasil yang telah dicapai oleh perusahaan yang bersangkutan. Dengan begitu laporan keuangan diharapkan akan membantu para pengguna untuk membuat keputusan ekonomi yang bersifat finansial.
Dari pengertian-pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa laporan keuangan merupakan hasil akhir dari proses pencatatan akuntansi, laporan keuangan merupakan suatu ringkasan transaksi yang dilakukan dari perusahaan yang terjadi selama satu periode akuntansi atau satu tahun buku.
B.     Manfaat Laporan Keuangan
Laporan keuangan  disusun dengan tujuan untuk menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerjam dan perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi. Berikut ini beberapa manfaat dibuatnya laporan keuangan :
1.        Untuk menyediakan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja, dan perubahan posisi keuangan sangat diperlukan untuk dapat melakukan evaluasi atas kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas (dan setara kas), dan waktu serta kepastian dari hasil tersebut. Posisi keuangan perusahaan dipengaruhi oleh sumber daya yang dikendalikan struktur keuangan, likuiditas, dan solvabilitas serta kemampuan beradaptasi dengan perubahan lingkungan.
2.        Untuk  menyediakan informasi kinerja perusahaan terutama profitabilitas diperlukan untuk menilai perubahan potensial sumber daya ekonomi yang mungkin dikendalikan di masa depan, sehingga dapat memprediksi kapasitas perusahaan dalam menghasilkan kas (dan setara kas) serta untuk merumuskan efektivitas perusahaan dalam memanfaatkan tambahan sumber daya.
3.        Untuk menyediakan perubahan posisi keuangan perusahaan bermanfaat untuk menilai aktivitas investasi, pendanaan, dan operasi perusahaan selama periode pelaporan. Selain berguna untuk menilai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas (dan setara kas), informasi ini juga berguna untuk menilai kebutuhan perusahaan dalam memanfaatkan arus kas tersebut.
      Dari semua tujuan tersebut, yang terpenting dari analisis laporan keuangan adalah tujuannya untuk mengurangi ketergantungan para pengambil keputusan pada dugaan murni, terkaan, dan intuisi, mengurangi dan mempersempit lingkup ketidakpastian yang tidak bias dielakkan pada setiap proses pengambilan keputusan. Analisis laporan keuangan tidaklah berarti mengurangi kebutuhan akan penggunaan pertimbangan-pertimbangan, melainkan hanya memberikan dasar yang layak dan sistematis dalam menggunakan pertimbangan-pertimbangan tersebut.
C.    Jenis Laporan Keuangan
      Seperti telah disebutkan sebelumnya, bahwa laporan keuangan yang lengkap biasanya akan meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan, catatan dan laporan lain serta materi penjelsan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan, termasuk juga skedul dan informasi tambahan yang berkaitan dengan laporan keuangan.
      Dua jenis laporan keuangan (utama) yang umumnya dibuat oleh setiap perusahaan adalah neraca dan laporan laba rugi (dan biasanya dilengkapi dengan laporan perubahan modal), yang masing-masing dapat dijelaskan sebagai berikut :
1.  Neraca
Neraca adalah laporan keuangan yang memberikan informasi mengenai posisi keuangan (aktiva, kewajiban, dan ekuitas) perusahaan pada saat tertentu.
2.      Laporan Laba Rugi
Laporan laba rugi adalah laporan keuangan yang memberikan informasi mengenai kemampuan (potensi) perusahaan dalam menghasilkan laba (kinerja) selama periode tertentu.
D.    Analisa Laporan Keuangan
Secara harfiah, analisis laporan keuangan terdiri dari dua kata, yaitu analisis dan laporan keuangan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata “analisis” berarti penguraian suatu pokok atas berbagai bagiannya dan penelaahan bagian itu sendiri serta hubungan antar bagian  untuk memperoleh pengertian yang tepat dan pemahaman arti keseluruhan.
Menurut pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa Analisis  laporan keuangan merupakan suatu proses untuk membedah laporan keuangan ke dalam unsur-unsurnya, menelaah masing-masing unsur tersebut, dan menelaah hubungann diantara unsur-unsur tersebut, dengan tujuan untuk memperoleh pengertian dan pemahaman yang baik dan tepat atas laporan keuangan itu sendiri. Ini berarti para analis laporan keuangan dituntut mempunyai pengertian yang cukup tentang unsur-unsur yang membentuk laporan keuangan.
Dari definisi diatas jelas bahwa analisis laporan keuangan merupakan suatu proses yang penuh pertimbangan dalam rangka membantu mengevaluasi posisi keuagan dan hasil operasi perusahaan pada masa sekarang dan masa lalu, dengan tujuan utama untuk menentukan estimasi dan prediksi yang paling mungkin mengenai kondisi dan kinerja perusaaan pada masa mendatang.
E.     Jenis – Jenis Ratio
1.    Rasio Likuiditas
       Rasio likuiditas (liquidity ratio) adalah kemampuan suatu perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendeknya secara tepat waktu. Contoh membayar listrik, telepon, air PDAM, gaji karyawan, gaji teknisi, gaji lembur, tagihan telepon, dan sebagainya. Karena itu rasio likuiditas sering disebut dengan short term liquidity. Untuk mengukur kemampuan tersebut, biasanya menggunakan perhitungan rasio sebagai berikut :
a.       Current Ratio
Current Ratio adalah ukuran yang paling biasa digunakan untuk mengukur kesanggupan membayar kewajiban jangka pendek, yang akan menunjukan sejauh mana klaim kreditur jangka pendek ditutup oleh aktiva yang diharapkan dapat diubah menjadi uang tunai dalam jangka waktu yang secara kasar bertepatan dengan jatuh tempo klaim.


b.      Cash Ratio
Rasio ini untuk mengukur jumlah kas tersedia di banding hutang lancar.  Pengertian kas terkadang diperluas dengan setara cash (cash equivalen) meliputi surat berharga yang mudah diperjualbelikan. 


c.       Quick Ratio
Rasio ini merupakan ukuran kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban-kewajibannya dengan tidak memperhitungkan persediaan, karena persediaan dianggap memerlukan waktu yang lama untuk di realisir menjadi uang kas, walaupun kenyatannya mungkin persediaan lebih likuid daripada piutang. Jika Curent ratio tinggi tapi Quick ratio rendah menunjukan adanya investasi yang sangat besar dalam persediaan.



d.      Working Capital to Total Assets Ratio
Likuiditas dari total aktiva dan posisi modal kerja, yang merupakan selisih antara total aktiva lancer dan utang lancer. Makin besar angka modal kerja berarti makin besar tingkat proteksi kreditor jangka pendek, dan makin besar kepastian bahwa utang jangka pendek akan dilunasi tepat waktu.



2.      Rasio Solvabilitas/ Leverage
Rasio solvabilitas adalah rasio untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jika perusahaan tersebut dilikuidasi. Rasio ini juga disebut dengan rasio pengungkit (leverage) yaitu menilai batasan perusahaan dalam meminjam uang. Ada beberapa cara untuk menghitung rasio solvabilitas diantaranya adalah :
a.       Debt to Equity Ratio
Rasio ini merupakan rasio yang digunakan untuk menilai utang dengan ekuitas. Rasio ini dicari dengan membandingkan antara seluruh termasuk utang lancer dengan seluruh ekuitas. Rasio ini berguna untuk mengetahui jumlah dana yang disediakan pinjaman (kreditor) dengan pemilik perusahaan. Dengan kata lain rasio ini berfungsi untuk mengetahui setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan jaminan utang.
 

b.      Debt to Asset Ratio
Rasio ini untuk mengukur perbandingan dana yang disediakan pemilik dengan pembelanjaan dari kreditur. Makin besar dana yang disediakan pemilik, makin besar batas pengaman bagi kreditur.

c.       Long Term Debt to Equity Ratio          
Rasio ini merupakan rasio antara utang jangka panjang dengan modal sendiri. Tujuannya untuk mengukur berapa bagian dari setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan hutang jangka panjang dengan cara membandingkan antara  utang jangka panjang dengan modal sendiri yang disediakan perusahaan.  


                

                
3.      Rasio Aktivitas
Rasio yang menggambarkan sejauh mana suatu perusahaan mempergunakan sumber daya yang dimilikinya guna menunjang aktivitas perusahaan.  Terdapat 2 rasio aktivitas, yaitu :
a.       Total Assets Turn Over/ Return to Asset (ROA)
Rasio ini untuk mengukur kemampuan  perusahaan dalam memanfaatkan aktivanya untuk memperoleh laba. Rasio ini mengukur tingkat kembalinya investasi yang telah dilakukan oleh perusahaan dengan menggunakan seluruh dana (aktiva) yang dimilikinya.

b.      Working Capital Turnover/ Return to Capital (ROC)
Secara umum nilai ROC yang rendah memberi indikasi tidak menguntungkannya penggunaan modal kerja, jika sebaliknya nilai ROC yang tinggi enunjukan telah terjadi kelebihan kapasitas. Jadi rasio ini harus bernilai seimbang.

4.      Rasio Profitabilitas/ Keuntungan
Rasio untuk mengukur efektivitas manajemen secara keseluruhan yang ditujukan oleh besar atau kecilnya tingkat keuntungan yang diperoleh dalam hubungannya dengan penjualan ataupun investasi. Semakin baik rasio profitabilitas maka semakin baik menggambarkan kemampuan tingginya perolehan keuntungan perusahaan. Rasio profitabilitas secara umum ada 3 (tiga) yaitu :
a.       Gross Profit Margin (GPM)
Rasio gross profit margin atau margin keuntungan kotor ini berguna untuk mengetahui keuntungan kotor perusahaan dari setiap barang yang dijual. Kelemahan rasio ini adalah hanya menyediakan keuntungan kotir dari penjualan yang dilakukan tanpa memasukan struktur biaya yang ada pada perusahaan.


b.      Net Profit Margin (NPM)
Rasio ini menggambarkan besarnya laba bersih yang diperoleh oleh perusahaan pada setiap penjualan yang dilakukan. Kelemahan rasio ini adalah memasukan pos atau item yang tidak berhubungan langsung dengan aktivitas pendanaan, dan biaya pajak penghasilan.

c.    Operating Ratio
 Pada rasio ini angka laba yang digunakan dalam perhitungan adalah yang berasal   darkegiatan usaha pokok perusahaan.


      II.            DATA
Tabel 1. Neraca
Per 31 Desember 2008

Tidak ada komentar:

Posting Komentar